Dengandemikian bisa ditarik kesimpulan bahwa tema adalah ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita. Tema dalam naskah lakon ada yang secara jelas dikemukakan dan ada yang samar-samar atau tersirat. Tema sebuah lakon bisa tunggal dan bisa juga lebih dari satu. Bagaimanakah cara memilih lakon, cerita ataupun peran ketika akan menggelar pertunjukan teater, berikut adalah ulasan lengkapnya. Kegiatan merancang pertunjukan teater dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam berteater, kegiatan ini disebut dramatisasi cerita drama. Pada prinsipnya, dramatisasi adalah memahami dan mengeksplorasi naskah secara sungguh-sungguh, kemudian membuat rencana untuk mementaskan naskah tersebut bersama seluruh anggota kelompok. 1. Cara Memilih Lakon dan Cerita Teater Daerah Memilih lakon dan cerita adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Dibutuhkan konsentrasi dan kejelian serta pengalaman yang memadai supaya pemilihan tersebut sesuai dengan tema. Kesesuaian lakon dan tema adalah dua hal yang sangat penting, keduanya mendasari berhasil tidaknya teater digelar. Misalnya, tema yang telah ditetapkan yaitu tentang percintaan, maka cerita yang dibuat harus berhubungan dengan hal yang berbau cinta seperti cerita Romeo dan Juliet. Tema lain misalnya tentang kejenakaan atau kekocakan, maka pilihlah cerita Si Kabayan. Jika bertema cerita anak, pilihlah cerita Si Kancil dan Buaya. Sumber cipta lakon bisa berasal dari mana saja. Insprirasi muncul bisa dari kehidupan sehari-hari, kisah-kisah masa lampau, dan hubungan antara manusia dan alam atau fenomena alam. Dalam kehidupan teater tradisi, pemilihan lakon biasanya bersumber pada cerita-cerita yang telah ada. Cerita tersebut bisa berupa mite, legenda, sage, cerita panji, dan cerita hiburan atau jenaka komedi. a. Mite Mite adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus, roh, atau dewa-dewi. Cerita ini berkembang di masyarakat dan merupakan perwujudan kesetian mereka terhadap para leluhur. Contohnya adalah Nyi Roro Kidul. b. Legenda Legenda adalah cerita yang dihubungkan dengan keanehan dan keajaiban alam atau asal muasal terjadinya tempat tertentu. Isi ceritanya tentang terjadinya nama-nama sebuah tempat seperti gunung, danau, sungai, dan hutan. Contohnya adalah cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Candi Prambanan, dan Terjadinya Danau Toba. c. Saga/Sage Saga adalah cerita yang di dalamnya mengandung unsur sejarah. Selain mengandung unsur kesejarahan, saga biasanya mengandung unsur tambahan yaitu unsur khayal. Contohnya adalah cerita Ken Arok dan Ken Dedes. d. Cerita Panji Cerita panji merupakan cerita yang berasal dari kesusastraan Jawa. Isinya berupa cerita-cerita seputar perilaku seseorang, wejangan dan nasihat serta pesan kebaikan. Contohnya adalah cerita Panji Semirang. e. Cerita Lelucon Cerita lelucon adalah cerita yang sengaja mengutarakan tentang kelucuan, kebodohan, dan kekonyolan seseorang. Cerita lelucon memuat hal-hal yang penuh dengan keriangan, menggemaskan, menyenangkan sekaligus mengesalkan. Contohnya adalah cerita Si Kabayan dan Pak Belalang. Memilih Naskah Pertunjukan Teater Naskah yang dipilih hendaklah yang sesuai dengan situasi tempat pertunjukan. Selain itu naskah yang dipilih harus bisa dimainkan oleh pemain, jangan menggunakan naskah yang terlalu sulit untuk diperankan karena akan menghambat pemain dalam menginterpretasikan isinya. Hal ini berpengaruh juga terhadap waktu pementasan. Jika naskah yang dipilih sudah sesuai, jadwal latihan akan lancar sehingga tepat waktu dengan acara pelaksanaan. Namun, jika terlalu sulit, biasanya pemain akan memaksakan waktu yang akhirnya pemain kurang siap dalam pementasannya. 2. Cara Memilih Peran dalam Pertunjukan Teater Salah satu unsur dalam pementasan teater adalah pemain/pemeran/ tokoh. Pemeran atau tokoh adalah orang yang memainkan cerita sesuai dengan karakter dan watak yang telah ditentukan oleh cerita. Peran yang diemban oleh seorang pemain adalah bentuk perwujudan atau esensi sebuah teater dalam mengomunikasikan cerita kepada khalayak ramai penonton. Dalam berteater, pemilihan tokoh yang sesuai sangatlah penting. Tokoh yang dipakai harus sesuai dengan karakter serta watak yang telah ditentukan dalam cerita. Tokoh dalam cerita dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. a. Peran Protagonis Peran protagonis atau peran utama tokoh inti adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam pementasan teater. Untuk menjadi tokoh utama diperlukan ketekunan dan pengalaman yang memadai. Di samping itu, tokoh protagonis merupakan pusat perhatian para penonton dan memiliki peran sentral dalam teater. Oleh sebab itu, pemeran utama dituntut untuk bermain semaksimal mungkin. Kadang-kadang, tokoh ini menuntut syarat harus pemain yang berwajah sempurna seperti berwajah tampan dan cantik. Namun, hal tersebut tidaklah mutlak, bergantung tuntutan cerita dan skenario. Tokoh protagonis biasanya memerankan watak baik, ksatria, dan pahlawan. b. Peran Antagonis Peran antagonis adalah tokoh utama yang berseberangan atau berlawanan dengan tokoh protagonis. Antagonis sering merupakan tokoh jahat yang menyusahkan tokoh utama. Tokoh antagonis bisa juga seorang tokoh yang merintangi tokoh protagonis. Dengan kata lain, tokoh antagonis ini menghalangi perjuangan atau tujuan tokoh protagonis. Tokoh antagonis ini biasanya memerankan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan atau pandangan penonton. Karakter tokoh ini biasanya jahat, pengadu domba, atau penyebar fitnah. c. Peran Tritagonis Peran tritagonis adalah peran yang menjadi penengah dan pendamai antara peran protagonis dan antagonis. Peran ini biasanya berwatak kalem, sederhana, berwibawa, bijaksana, dan memiliki wawasan yang luas. Untuk menguasai peran seorang tokoh atau pemeran dibutuhkan latihan keras yang terus-menerus, penghayatan yang tinggi, dan pengalaman yang banyak. Dengan begitu, ketika bermain, peran yang dimainkan dapat dikuasai dengan baik. Adapun syarat-syarat seorang pemeran adalah sebagai berikut. 1 Sehat Sehat yang dimaksud adalah berhubungan dengan keadaan pemain pada saat sebelum dan berlangsungnya pertunjukan. Sehat ini meliputi sehat jasmani dn rohani. Keduanya harus dalam keadaan prima dan terkendali sehingga akan tercipta peran yang diharapkan oleh cerita atau skenario. 2 Memiliki wawasan yang tinggi Seorang pemeran dituntut untuk memerankan tokoh sesuai dengan watak dan karakteristik tertentu. Bagi pemain yang memiliki wawasan tinggi, peran tersebut bukanlah menjadi halangan, tetapi tidak bagi yang berwawasan minimal, peran yang dibebankan akan terasa berat. Selain itu, pemeran juga dihadapkan pada dialog yang harus dihafal disertai dengan gerak dan pola lantai. 3 Mampu bekerja sama Dalam sebuah pertunjukan teater pemain diharuskan mampu bekerja sama dengan pemain lain. Walaupun tugas yang diemban berbeda-beada, keterpaduan antara pemain, sutradara, dan penata gerak harus serasi, seirama, dan kompak. Kerja sama bisa dilakukan pada saat latihan, persiapan, dan saat pementasan. 4 Ulet Seorang pemeran diharuskan untuk terus mengasah kemampuannya dalam berakting dan selalu mau memperbaiki kesalahan, baik dialog maupun gerak, untuk mencapai kesempurnaaan. 5 Disiplin Seorang pemeran harus memiliki tingkat kedisiplinan diri yang tinggi. Kedisiplinan bisa berasal dari diri sendiri, mulai dari disiplin waktu latihan sampai disiplin saat pementasan berlangsung. 6 Bertanggung Jawab Dalam memainkan peran, seorang pemeran bertanggung jawab pada diri sendiri dan kelompoknya. Berhasil atau tidaknya teater dilandasi oleh sikap tanggung jawab para anggotanya. Sikap ini bisa dimunculkan pada saat menerima peran, rutinitas latihan, dan latihan perorangan, baik menghafal dialog, bermain peran, maupun mempertunjukkannya. Memilih Pemain Pertunjukan Teater Pemain hendaklah dipilih berdasarkan kemampuan dan karakteristik tokoh. Dalam berteater, kita tentunya akan mendapatkan peran. Peran itu haruslah sesuai dengan jiwa dan karaktermu, janganlah terlalu memaksakan ingin memerankan tokoh utama atau tokoh tertentu. Akan tetapi, lihatlah potensi yang ada dalam dirimu dan sesuaikan dengan watak yang dituntut dalam naskah. Jika kita telah mempunyai peran dalam pertunjukan teater, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, di antaranya sebagai berikut. Identifikasikan peran yang didapat. Apakah peran tersebut telah sesuai dengan karakter kita atau belum? Untuk itu, dapat mencoba peran yang kita dapatkan dan melatihnya. Jika peran telah sesuai, langkah selanjutnya adalah mencari karakteristik peran. Buatlah beberapa pertanyaan seputar peran yang didapat kepada sutradara atau pahami naskah dengan lebih mendalam. Carilah keterangan seputar peran. Misalnya, nama, umur, pekerjaan, tingkah lakunya, asal daerah, logat bicara, cara berjalan, cara berpakaian, model rambut, menggunakan kacamata atau tidak, dan sebagainya. Semakin detail keterangannya, akan semakin memudahkan kitamenguasai karakter peran tersebut. Jika dalam naskah tidak dijelaskan mengenai karakter yang didapat, kita bisa menafsirkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang telah kita miliki. Observasilah dengan melihat dan mengamati setiap tingkah laku dan kebiasaan orang yang akan diperankan. Buatlah catatan kecil untuk dianalisis dan didiskusikan dengan temanmu. Jika karakter yang didapat tidak ada di lingkunganmu, misalnya kita mendapat peran memerankan tokoh Ken Arok, secara otomatis kita hendaklah mencari referensi di buku atau bertanya kepada orang yang mengetahui sejarah atau bertanyalah kepada gurumu. Setelah memahami karakter peran kita, hal yang harus kita latih adalah karakter suara vokal yang sesuai. Sesuaikan suara dengan logat atau karakter. Selanjutnya yang harus kita latih adalah pola gerak pertunjukan. Pola ini bisa dilatih dengan cara memahami gerakan objek peran dan disesuaikan dengan pola gerak lantai teater sesungguhnya. Latihan ini merupakan rangkaian gerak tubuh dalam pencarian gerak yang sesuai dengan peran. Usahakan kelenturan gerak tubuh dilatih sehingga tidak terlihat kaku dan canggung. Jika dialog, karakter peran, suara, dan latihan telah selesai maka tahap selanjutnya berlatih dengan sesama anggota secara bersama-sama. Mintalah masukan dari teman atau sutradara mengenai bahasa dialog, gerakan, penghayatan dan kesesuaian peran dengan naskah. Dalam hal ini kalian belajar memahami diri kalian dan orang lain. Terimalah setiap masukan dengan lapang dada untuk meningkatkan kemampuan berperan. Kita juga harus terus mencoba berperan sampai benar-benar merasa pas bagi diri sendiri dan bagi kelompokmu. Tingkatkan motivasi untuk berlatih bersama-sama dengan kelompokmu. Tanamkan kepercayaan diri. Mulailah dengan membentuk kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa kita bisa bermain teater dan bisa bermain bagus. Setelah itu barulah membentuk kepercayaan diri kelompokmu. Ingat, keberhasilan bukan ditentukan oleh kelompok kalian, tetapi ditentukan pula oleh penonton. Tahap akhir adalah berkonsentrasilah dengan memusatkan energimu pada pertunjukan. Baca juga Fungsi Seni Teater Sebagai Media Ekspresi Estetis, Propaganda, dan Pendidikan Jenis-Jenis Teater Daerah dan Contohnya
Penyusunandan Interpretasi Naskah Lakon Teater Modern Indonesia serta Mendeskripsikannya tetapi dengan menggali akar-akar teater tradisi kita dalam penulisan naskah lakonnya. 1. Cara Penyusunan Naskah Lakon Pertama yang harus kita lakukan adalah memilih dan menentukan tema, yaitu pokok pikiran atau dasar cerita yang akan ditulis. Saat
Pernahkah kamu menyusun naskah lakon? Naskah lakon adalah sebuah teks yang ditujukan untuk keperluan pertunjukan dan pada prosesnya diperlukan pemantapan mengenai tema, alur, latar, hingga penokohannya. Nah, sebelum sebuah cerita sampai ke tangan sutradara dan para pemeran, diperlukan penyusunan sebuah naskah lakon terlebih dahulu. Lantas, apa saja hal yang perlu disiapkan dalam penyusunan naskah ini? Untuk memahaminya, yuk simak penjelasan berikut ini! Apa Itu Naskah Lakon?Cara Menyusun Naskah Lakon1. Menentukan tema2. Membuat sinopsis3. Menentukan kerangka atau plot4. Menentukan latar atau setting5. Menentukan tokoh Apa Itu Naskah Lakon? Naskah lakon atau cerita biasa disebut dengan istilah skenario. Naskah lakon adalah bentuk penuangan ide cerita ke dalam sebuah alur cerita beserta susunannya. Dengan adanya naskah ini, suatu pementasan teater akan lebih mudah untuk digarap sebab penyelenggaraan teater menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut meliputi proses menentukan langkah-langkah menyiapkan materi seni, produksi dan publikasi suatu pementasan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan akan disajikan kepada khalayak atau penonton. Artikel Terkait Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa naskah lakon adalah hal penting yang menjadi salah satu bagian vital dari suatu pementasan drama atau teater. Hal tersebut tentunya membuat penyusunan lakon ini menjadi hal yang perlu diperhatikan dan dikerjakan dengan cermat. Tahukah kamu bahwa menyusun naskah lakon ini juga perlu daya imajinasi dan kreativitas tinggi, lho! Hal ini dapat diasah dengan membiasakan diri untuk berlatih dan terus mengasah diri dalam hal dunia kepenagaran. Melatih kebiasaan seperti ini dapat dimulai dengan mencoba membaca dan memahami contoh naskah lakon yang pernah dibuat oleh orang lain. Tidak hanya itu, dalam menyusun naskah lakon dibutuhkan pula berbagai pengetahuan, teknik hingga kerangka kerja yang harus diketahui dan dilatih agar kita mampu menyusun naskah lakon dengan baik dan benar. Berikut ini Studio Literasi sudah menyajikan tahapan cara menyusun naskah lakon yang baik dengan cara yang mudah. 1. Menentukan tema Tema adalah ide atau gagasan cerita yang berfungsi sebagai inti cerita dan akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Penulis cerita bisa saja menemukan ide dari manapun dan kapanpun. Cara yang dapat dipakai untuk memperoleh ide yaitu dengan mengamati segala hal yang ada di sekitar. Tema dapat juga disebut muatan intelektual pada sebuah permainan. Tema dapat menjadi premis atau rumusan intisari sebuah cerita yang menjadi landasan untuk menentukan arah tujuan cerita. Oleh karena itu, tema menjadi ide dasar, gagasan, atau pesan pada naskah lakon dan menjadi pedoman serta penentu arah jalannya sebuah cerita. 2. Membuat sinopsis Sinopsis merupakan ringkasan cerita mulai dari awal hingga akhir. Sinopsis digunakan dalam proses menulis lakon agar alur cerita tidak melebar atau tetap pada jalannya. Sinopsis ini bisa disebut juga garis besar suatu cerita yang memuat alur perkenalan, konflik, hingga solusi dari konflik tersebut dalam bentuk ringkasan. Dengan adanya sinopsis ini mampu menjadi acuan dalam membentuk kerangka atau plot cerita. 3. Menentukan kerangka atau plot Nah, setelah membuat sinopsis, selanjutnya sinopsis tersebut akan dijelaskan atau dijabarkan dalam sebuah kerangka atau plot. Plot atau alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijadikan sedemikian rupa, sehingga mampu menggerakan jalan cerita. Jalannya cerita tersebut dapat dilakukan melalui perumitan suatu masalah hingga menuju klimaks atau puncak suatu cerita. Dalam membuat plot perlu menerapkan hubungan sebab akibat suatu kerangka cerita yang terdiri dari beragam peristiwa. Peristiwa-peristiwa ini lantas membentuk rangkaian peristiwa lain yang mampu menggerakan cerita yang menarik hingga akhir. Penulis perlu memasukan pemaparan, konflik, klimaks hingga penyelesaian dengan batasan yang jelas, sehingga cerita yang disajikan tidak berkesan bertele-tele. Kemudian, perlu juga memperhatikan tempo cerita seperti dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik dan matang dan ada pula yang diakhiri secara tergesa-gesa. Penonton biasanya lebih suka akhir cerita yang mengesankan. Oleh sebab itu, tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa. 4. Menentukan latar atau setting Dalam menulis naskah lakon, latar cerita juga menjadi poin yang cukup penting, lho! Latar atau setting cerita akan memberikan gambaran tentang situasi, gambaran, hingga waktu di tempat kejadian peristiwa. Hal tersebut merupakan bagian dari hasil imajinasi penulis yang bisa diperoleh idenya berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Kepekaan penulis cerita dalam memperhatikan lingkungan cukup berpengaruh pada penggambaran latar. Misalnya, bagaimana sebuah tempat keadaannya sepi, ramai, bising, sibuk, kotor, menakutkan, hingga tempat yang beraroma tidak sedap dapat dituliskan untuk mendukung isi cerita. Sudut pandang setiap penulis cerita juga akan berbeda-beda pada pengamatan tersebut. Oleh sebab itu, seorang penulis perlu mengasah ketajaman dan memperkaya penggambaran latar melalui pengamatannya. 5. Menentukan tokoh Last but not least, penentuan tokoh atau peran dalam sebuah cerita juga cukup penting, lho/ Tokoh atau peran merupakan makhluk hidup yang mempunyai kehidupan di dunia lakon hasil rekaan penulis cerita. Para tokoh ini diberikan karakternya masing-masing sehingga tampak hidup dan nyata di dalam cerita. Sebut saja seperti adanya tokoh jahat, baik, kaya, pintar, dan sebagainya. Di samping karakter tokoh, perlu juga memberi identitas pada tokoh tersebut seperti nama, jenis kelamin, fisik, jabatan, dan sebagainya. Dalam menentukan tokoh dan segala hal yang melekat padanya, penulis cerita bisa mengamati kehidupan sekitar sehingga semua detail tokoh yang dituliskan bisa mendeskripsikan tokoh tersebut dengan baik. Baca juga Teks Diskusi Pengertian, Struktur, Kaidah, & Contohnya Itulah tadi penjelasan mengenai cara menyusun naskah lakon yang baik dan benar dengan mudah. Semoga bermanfaat bagi Kawan Literasi ya!
Menyusunnaskah lakon Langkah awal dalam menyusun naskah
.
  • yoz9nlkis8.pages.dev/156
  • yoz9nlkis8.pages.dev/378
  • yoz9nlkis8.pages.dev/266
  • yoz9nlkis8.pages.dev/168
  • yoz9nlkis8.pages.dev/370
  • yoz9nlkis8.pages.dev/209
  • yoz9nlkis8.pages.dev/107
  • yoz9nlkis8.pages.dev/55
  • yoz9nlkis8.pages.dev/56
  • tema cerita dalam naskah lakon teater dapat diketahui dengan cara