Karenaletak kawah utama yang berpindah-pindah inilah kawasan ini diberi nama "sikidang", yang berasal dari "kidang" (kijang). Kawah utama yang berpindah-pindah disamakan dengan sifat kijang yang senang melompat ke sana-ke mari. Selain itu, ada sebuah legenda mengenai kawah ini. Pada masa lalu, di sekitar kawasan ini, hiduplah seorang
Wisatawan sedang berjalan di area Kawah Sikidang, Dieng. Reza Fitriyanto/ Sifatnya yang suka berpindah tempat alias melompat seperti kijang menjadikan kawah ini dinamai Kawah Sikidang. Selain bau belerang yang pekat, di Kawah Sikidang kamu juga akan disambut dengan legenda Pangeran Kidang serta kisah asal muasal bocah berambut gimbal. Sekilas Tentang Kawah Sikidang Sengatan bau belerang langsung merasuk kedalam hidung tatkala tiba di kawasan wisata Kawah Sikidang, dataran tinggi Dieng. Ibarat sebuah ucapan, aroma belerang tersebut seolah menyapa kedatangan para pejalan. Kepulan asap putih pekat yang muncul dari lubang kawah raksasa membumbung tinggi ke atap bumi. Sebuah kawah vulkanik besar tempat lahirnya legenda Kisah Pangeran Kidang dan asal usul si anak berambut gimbal dari dataran tinggi Dieng. Sebagai salah satu ikon pariwisata Jawa Tengah, Kawah Sikidang menjadi salah satu destinasi unik dan patut untuk dikunjungi. Betapa tidak, Kawah Sikidang tak seperti kawah-kawah di Indonesia pada umumnya. Keunikan kawah ini adalah letak kawah utamanya yang bisa berpindah-pindah, sesuai dengan sifat kijang yang suka melompat-lompat. Dari Kawah Sikidang ini pula lahir sebuah cerita rakyat yang melegenda hingga menembus zaman. Dikisahkan pada zaman dahulu di dataran tinggi Dieng tinggallah seorang putri nan cantik jelita. Putri cantik itu bernama Shinta Dewi. Kecantikannya pun dikenal luas hingga ke berbagai penjuru daerah, sehingga membuat banyak pangeran berminat untuk meminangnya menjadi istri. Namun sayang seribu sayang, tidak ada yang berhasil memikat hati sang putri. Konon katanya, sang putri meminta persyaratan yang cukup berat untuk disanggupi, yakni mas kawin dalam jumlah yang sangat besar. Namun pada suatu hari, ada seorang pangeran bergelimang harta mendengar kabar akan kecantikan Shinta Dewi di dataran tinggi Dieng. Dialah pangeran Kidang Garungan, seorang pangeran kaya raya dari kerajaan seberang. Walau kaya raya, pangeran tersebut wujudnya sesuai namanya, bertubuh manusia namun berkepala kidang kijang dalam bahasa Jawa. Kemudian sang pangeran Kidang Garungan mengutus pengawalnya untuk menyampaikan lamaran atas dirinya kepada putri Shinta Dewi. Untuk memikat hati sang putri jelita, pangeran Kidang Garungan memberikan iming-iming berupa mas kawin yang teramat banyak jumlahnya. Tulisan Kawah Sikidang sebagai welcome sign. Reza Fitriyanto/ Mengetahui hal tersebut, putri Shinta Dewi pun luluh oleh mas kawin yang ditawarkan sang pangeran. Shinta Dewi terpikat dan akhirnya menerima lamaran sang pangeran. Dalam benak sang putri, pastilah pangeran kaya raya tersebut seorang yang gagah rupawan. Namun ketika melihat wujud Pangeran Kidang Gadungan Shinta Dewi sangat terkejut. Wujud sang pangeran diluar ekspektasi sang putri. Putri Shinta Dewi pun kalang kabut karena telah menerima lamaran sang pangeran Kidang. Tak kehabisan akal, akhirnya sang putri meminta dibuatkan sebuah sumur yang besar untuk rakyatnya yang kesulitan air sebagai akal-akalan. Pangeran Kidang Garungan pun menyanggupi untuk membuat dengan usahanya sendiri. Keesokan harinya, pangeran Kidang langsung menggali sumur tersebut dengan tangannya sendiri. Terkadang tanduknya pun ikut digunakan untuk menggali. Karena kesaktiannya, dengan cepat lubang sumur tersebut jadi, luas dan dalam. Mengetahui hal itu, sang putri memberikan perintah pada rakyatnya agar menimbun sang pangeran hidup-hidup selagi menggali di dasar sumur. Pangeran Kidang Garungan akhirnya terkubur hidup-hidup di dasar sumur yang digalinya sendiri. Karena tahu itu hanya akal busuk dari sang putri Shinta Dewi, Pangeran Kidang pun murka. Amarahnya membuat timbunan tanah di dalam sumur yang digalinya meledak dan berubah menjadi kawah panas. Sebelum menemui ajalnya, pangeran Kidang sempat bersumpah bahwa seluruh keturunan putri Shinta Dewi akan berambut gembel gimbal. Dari legenda Kawah Sikidang tersebut lah asal mula cerita tentang si anak berambut gimbal yang hingga kini masih ada di dataran tinggi Dieng. Si anak berambut gimbal ini pun menjadi anak yang “istimewa” yang mana menurut kearifan lokal setempat rambutnya belum boleh dipotong sebelum si anak memintanya. Ritual pemotongan rambut gimbal untuk si anak “istimewa” dari legenda Kawah Sikidang ini pun rutin diselenggarakan setiap tahun di Kompleks Candi Arjuna. Ritual tersebut kini dikemas sebagai acara budaya berbasis pariwisata yang dikenal dengan ruwatan potong rambut gimbal. Selain itu, sebelum ruwatan diselenggarakan berbagai acara untuk memeriahkan perayaan adat ini seperti Dieng Culture Festival dan Jazz Atas Awan yang juga diselenggarakan di Kompleks Candi Arjuna, dataran tinggi Dieng. Wisatawan sedang berjalan di area Kawah Sikidang, Dieng. Reza Fitriyanto/ Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Kawah Sikidang 1. Menyaksikan Bibir Kawah Untuk bisa mencapai bibir Kawah Sikidang, pengunjung perlu berjalan sekitar satu kilometer dari area parkir menuju kawah utama. Diameter kawah utama sekitar lima meter dan suhu air di bawahnya mencapai 100 derajat celcius. Bagi kamu yang mau menyaksikannya dari dekat, cukup berdiri di luar pagar pembatas yang terpasang di bibir kawah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada waktu-waktu tertentu terkadang akan ada atraksi merebus telur dengan mencelupkannya ke dalam kawah. Jika beruntung kamu bisa menyaksikannya dan bisa mencicipi telur rebus ala Sikidang tersebut. 2. Wisata Edukasi Selain menikmati pesona Kawah Sikidang, kamu juga bisa berwisata berbasis edukasi di tempat ini. Kamu bisa melihat dan mempelajari aneka jenis bebatuan, di antaranya batu andesit yang menyusun Kawah Sikidang. Selain itu, kamu juga bisa mencoba bereksperimen kecil dengan meletakan sebutir telur di air mata panas sebagai bukti betapa panasnya air yang mengandung sulfur tersebut sehingga dapat merebus butir telur itu hingga matang. 3. Photo Hunting Sebagai bagian dari gaya hidup para pejalan, berburu foto mengabadikan bentang alam dan pesona Kawah Sikidang menajadi suatu kewajiban. Luasnya area kawah ini serta adanya sebuah bukit yang berdiri persis di atas kawah memudahkan kamu para pecinta fotografi untuk mengabadikan pesona Kawah Sikidang dari berbagai sudut pengambilan gambar. Bagi pecinta selfie, kamu bisa berfoto bersama burung hantu besar yang disewakan oleh warga. Sekali-kali bergaya ala Harry Potter atau Hermione tidak ada salahnya kan? 4. Berkuda Jika kamu malas berjalan kaki ke area kawah atau ingin mengeksplorasi kawasan ini lebih lanjut, kamu bisa naik kuda tunggang yang disewakan oleh warga kampung. Sensasi menunggang kuda di tengah dinginnya udara Dieng dan terkaman kepulan asap belerang akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Kamu pun bisa berfoto sepuasnya di atas kuda. Tak perlu takut jatuh atau kudanya berlari kencang, pemilik kuda akan menuntun kuda tersebut kemana pun kamu mau. Lokasi dan Akses Menuju Kawah Sikidang Kawah Sikidang terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kamu bisa mengaksesnya melalui jalan utama dari Kompleks Candi Arjuna menuju ke arah Candi Bima. Lokasi Kawah Sikidang sendiri amat dekat dengan lokasi Candi Bima. Waktu tempuh yang diperlukan bila berangkat dari kompleks Candi Arjuna tidak lebih dari 15 menit berkendara. Jika tidak membawa kendaraan sendiri, kamu bisa naik ojek atau jalan kaki. Kawasan Dieng sendiri bisa dicapai baik dari Banjarnegara maupun Wonosobo. Namun akses paling mudah dan dekat adalah dari Wonosobo. Kamu cukup naik bus jurusan Wonosobo – Dieng dan turun di Terminal Dieng. Setelah itu kamu bisa melanjutkan eksplorasimu di Dieng sesukanya. Kepulan asap selalu keluar dari Kawah SIkidang. Reza Fitriyanto/ Harga Tiket dan Jam Buka Kawah Sikidang Tiket Masuk Rp tiket terusan dengan kompleks Candi ArjunaJam Buka pukul – WIB Tempat Wisata dan Lokasi Asik di Sekitar Kawah Sikidang 1. Kompleks Candi Arjuna Kompleks Candi Arjuna merupakan candi tertua di Pulau Jawa. Candi-candi ini berdiri dengan gagah di sebuah lembah yang dikelilingi puncak-puncak gunung kecil di dataran tinggi Dieng. Setiap tahun sekali, di kompleks Candi Arjuna dilangsungkan ritual pemotongan rambut anak gimbal, acara Dieng Culture Festival, juga Jazz Atas Awan. Dari tempat ini kamu juga bisa menyaksikan pesona silver sunrise alias matahari terbit yang berkilau keperakan. 2. Telaga Warna dan Pengilon Terletak bersebelahan, duo telaga ini laksana si kembar nan jelita. Jika Telaga Warna memiliki gradasi warna hijau hingga sedikit kebiruan dan masih mengeluarkan gelembung-gelembung kecil akibat kandungan sulfur. Maka Telaga Pengilon memiliki permukaan yang tenang dan jernih sehingga bisa dijadikan tempat bercermin. Kedua telaga ini dikelilingi oleh hutan yang cukup rimbun dan jalan conblock melingkar. Kawanan kupu-kupu biru, ilalang, dan bunga dandelion akan membuat perjalananmu menyusuri telaga ini semakin menyenangkan. 3. Candi Bima Candi Bima adalah salah satu kelompok candi yang kisahnya masih memiliki benang merah dengan sejarah Candi Arjuna sebagai candi utama di dataran tinggi Dieng sekaligus candi pertama di Pulau Jawa. Candi ini berdiri dengan gagah di tepi jalan yang menghubungkan Telaga Warna dan Kawah Sikidang. Candi Bima termasuk candi yang unik karena memiliki relief dan ornamen candi yang berbeda pada umumnya. 4. Puncak Sikunir Puncak bukit setinggi 2300 mdpl ini berada di Desa Sembungan yang merupakan desa tertinggi di Jawa Tengah. Dari Puncak Sikunir kamu bisa menyaksikan golden sunrise menawan berlatarkan Gunung Sindoro Sumbing. Banyak yang bilang pesona sunrise disini tak kalah indah dibandingkan dengan sunrise Bromo yang sudah lebih dulu populer. Jika kamu bergerak ke sisi bukit lainnya, kamu bisa menyaksikan Telaga Cebong yang ada di kaki bukit dan dipeluk gugusan gunung-gemunung. 5. Gunung Prau Jika kamu memiliki banyak waktu, jangan sia-siakan kesempatan untuk mendaki Gunung Prau. Gunung setinggi 2565 mdpl ini menjadi populer karena panoramanya yang cantik dan treknya yang tidak terlalu panjang serta tidak sulit. Dari puncak Gunung Prau kamu bisa melihat gugusan bimasakti yang membedaki angkasa. Saat fajar tiba, kamu bisa menyaksikan pagelaran alam terbitnya sang mentari. Deretan gunung-gemunung yang bertudungkan halimun juga menjadi pembuka pagi yang sempurna. Tips Berwisata ke Kawah Sikidang Bawalah masker penutup hidung untuk mengurangi aroma belerang yang terhirup. Belerang yang pekat di kawasan ini dapat membuat dada sesak serta pusing dan pakaian yang nyaman dan fleksibel saat dikenakan serta jaket penghangat alas kaki yang nyaman dan aman digunakan dalam perjalanan. Sangat disarankan menggunakan air mineral. Selain itu penghilang dahaga dan mencegah dehidrasi, air mineral yang kamu bawa juga berguna untuk membasahi maskermu. Fungsi masker yang dibasahi dengan air adalah untuk menyaring debu dan belerang agar tidak terhirup masuk ke rongga kamu suka kuliner, tak ada salahnya mencicipi kentang goreng dieng yang khas atau kue pancong hangat yang banyak dijual di kawasan dengan aman dan beretika. Jangan langgar satu pun tata tertib dan peraturan yang berlaku, termasuk melewati pagar pembatas di bibir kawah dan membuang sampah sembarangan. Salah satu yang unik di Kawah Sikidang adalah di sana ada sebuah cerukan yang berisi air dan biasa digunakan untuk memasak telur. Reza Fitriyanto/ Kepulan asap selalu keluar dari Kawah SIkidang. Reza Fitriyanto/ Para pengunjung sedang menikmati fenomena Kawah Sikidang. Reza Fitriyanto/ Pemandangan Kawah Sikidang dari bukit. Reza Fitriyanto/ Wisatawan sedang mengamati Kawah Sikidang, Dieng. Reza Fitriyanto/5Kawah Sikidang yang dari dulu hingga sekarang masih tetap melekat dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat. Dengan beberapa keterangan di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul "Legenda Kawah Sikidang dan Fungsinya bagi Masyarakat di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo: Tinjauan Resepsi Sastra."Legenda Kawah Sikidang Jawa TengahAlkisah, zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Dieng yang memiliki seorang putri cantik jelita bernama Shinta sekali para pangeran dan bangsawan ingin meminang Putri Shinta belum ada satupun berani datang untuk seorang pangeran kaya raya bernama Kidang kaya, ia juga dikenal amat sakti Kidang Garungan telah mendengar kabar kecantikan Putri Shinta berminat untuk kemudian mengirimkan utusan ke kerajaan Dieng untuk menyampaikan pinangannya pada Putri Shinta penjelasan dari utusan Pangeran Kidang Garungan, Putri Shinta Dewi akhirnya setuju dengan pinangan Pangeran Kidang Garungan, karena tertarik dengan kekayaan dan kesaktian sang Pangeran.“Baiklah aku menerima pinangan Pangeran Kidang Garungan. Sampaikan pada pangeranmu untuk datang langsung kemari menyampaikan lamarannya.” ujar Putri Shinta mendengar penjelasan dari utusannya bahwa Putri Shinta Dewi menerima lamarannya, Pangeran Kidang sangat segera menyiapkan diri untuk pergi menuju lalu menyiapkan kereta indah berlapis emas berikut kuda-kuda pilihan lupa, berbagai hadiah indah telah disiapkan untuk diberikan kepada Shinta berangkatlah Pangeran Kidang Garungan diiringi para di istana Dieng, Shinta Dewi telah mengadakan persiapan penyambutan di Istana telah dipercantik dengan berbagai hiburan telah pula disiapkan untuk menyambut pangeran kaya lagi sakti lama kemudian Pangeran Kidang Garungan tiba di istana Putri Shinta betapa terkejutnya Putri Shinta Dewi ketika melihat rupa sang langsung lemas ketika mengetahui bahwa ternyata Pangeran Kidang Garungan memiliki kepala seperti seekor kijang sang Pangeran memang tegap lagi gagah, tapi kepalanya berbentuk kepala kijang jantan lengkap dengan kedua saja Putri Shinta Dewi memanggil para mengatakan bahwa ia ingin menolak lamaran sang Pangeran tapi merasa tidak sekian lama merasa gelisah, akhirnya Shinta mendapatkan ide untuk menolak lamaran sang pun meminta para prajurit kerajaan agar bersiap-siap menerima Shinta Dewi pergi menemui Kidang Putri mengajukan syarat agar sang pangeran membuat sumur sangat dalam dan besar jika ingin menikahinya.“Hendaklah Pangeran membuatkan hamba sebuah sumur sangat dalam dan besar jika memang serius menikahi hamba. Harus pangeran sendiri yang membuatnya. Kita akan mengunakannya untuk mandi kita bersama” kata Shinta sang Pangeran merasa keheranan namun akhirnya mau menuruti permintaan Shinta saja tanpa membuang waktu ia langsung bekerja membuat sumur permintaan Shinta Kidang mengerahkan segala menggali tanah untuk menciptakan sebuah lubang tangan kekar lagi kokohnya terus menggali tanduknya digunakan untuk menggali tanah waktu singkat telah tercipta sebuah lubang permintaan Shinta Dewi hampir kemampuan sang Pangeran dalam membuat sumur, Shinta Dewi merasa berpikir keras untuk menggagalkan pekerjaan Kidang keadaan panik, tanpa pikir panjang Shinta Dewi memerintahkan para prajuritnya untuk menimbun lubang tersebut dengan tanah agar Kidang Garungan tertimbun prajurit segera melemparkan tanah ke dalam lubang itu tertimbun oleh tanah hingga menutupi tubuh Pangeran Kidang saja Pangeran Kidang Garungan merasa sangat marah ketika mengetahui lubang itu ditimbun atas perintah Shinta ia sadar bahwa Shinta Dewi tengah berusaha menggagalkan pernikahan pun mengerahkan kesaktiannya untuk keluar dari terjadilah sebuah ledakan besar ketika sang Pangeran berusaha keluar dari timbunan di sekitar lubang bergetar dengan sangat sebelum sang Pangeran berhasil keluar dari lubang, Shinta Dewi memerintahkan para prajurit untuk menimbun kembali dengan prajurit bekerja keras memenuhi perintah Shinta Dewi menimbun lubang tersebut sampai akhirnya sang Pangeran tidak mampu keluar dari dirinya tidak mampu keluar dari lubang tersebut, Pangeran Kidang Garungan merasa sangat sakit hati hingga akhirnya ia memberikan kutukan pada Putri Shinta mengutuk seluruh keturunan Shinta Dewi akan memiliki rambut gimbal.“Hai Shinta Dewi! Apa yang kau lakukan sungguh sangat keterlaluan! Semoga semua keturunannmu akan memiliki rambut gimbal.” teriak Pangeran Kidang Garungan dari dalam kini, sumur tersebut masih terus meledak hingga membuat tanah diatasnya bergetar sekitar menamai sumur tersebut dengan nama Kawah bahasa jawa, Kidang berarti juga mempercayai bahwa penduduk di sekitar Dieng yang berambut gimbal, merupakan keturunan Putri Shinta Dewi. BerikutLegenda Asal usul Kawah Sikidang Dieng. AIkisah, ada seorang putri cantik bernama Shinto Dewi. la tinggal di sebuah istana megah di Dataran Tinggi Dieng. Kecantikan sang putri terkenal ke mana-mana. Namun, tidak ada satu pun laki-laki yang berhasil melamarnya, karena Shinto Dewi selalu mensyaratkan mas kawin yang jumlahnya tak terkira. Kawah Sikidang Dieng terkenal dengan fenomena kolam kawahnya yang bisa berpindah atau melompat dalam satu kawasan yang luas. Itulah sebabnya Kawah Sikidang menjadi salah satu dari banyak kawah di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng yang paling diminati. Berikut ini adalah Legenda Asal usul Kawah Sikidang Dieng. AIkisah, ada seorang putri cantik bernama Shinto Dewi. la tinggal di sebuah istana megah di Dataran Tinggi Dieng. Kecantikan sang putri terkenal ke mana-mana. Namun, tidak ada satu pun laki-laki yang berhasil melamarnya, karena Shinto Dewi selalu mensyaratkan mas kawin yang jumlahnya tak terkira. Seorang pangeran bernama Kidang Garungan tertarik melamar Shinto Dewi. la yakin kekayaan yang dimilikinya dapat memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Shinto Dewi. Kemudian, ia mengirimkan utusannya ke Dataran Tinggi Dieng untuk melamar. “Kedatangan kami ke sini adalah untuk menyampaikan pinangan Pangeran Kidang Garungan. Pangeran menyanggupi berapa pun besarnya mas kawin yang Putri ajukan,”” kata utusan Pangeran Kidang Garungan. Putri Shinto Dewi berpikir sejenak. Pangeran kaya raya yang sedang meminangnya ini pastilah seorang yang tampan dan berwibawa. Jika tidak, pasti pangeran tersebut tidak akan melamarnya. Pinangan Pangeran Kidang Garungan pun diterima oleh Shinto Dewi. Pangeran Garungan sangat senang ketika mendengar Iamarannya diterima. la segera mempersiapkan pesta pernikahan. Saat hari pernikahan tiba, Pangeran Kidang Garungan dan rombongannya datang ke kediaman Shinta Dewi. Ketika bertemu dengan Sang Pangeran, Shinto Dewi sangat terkejut, karena ternyata Pangeran Kidang Garungan adalah manusia berkepala kidang kijang atau rusa. Kemudian, Putri Shinto Dewi berpikir keras bagaimana cara membatalkan pernikahan tersebut. Oleh karena itu, ia mengajukan sebuah persyaratan yang sulit kepada calon suaminya itu. “Kanda, ada satu syarat lagi yang harus Kanda penuhi jika ingin menikahiku. Daerah ini kekurangan air bersih, Dinda ingin Kanda membuatkan sebuah sumur dalam waktu semalam. Sumur tersebut harus dikerjakan oleh Kanda sendiri,”” ujar Putri Shinta Dewi. “Baiklah, Dinda. Kanda akan memenuhi syarat tersebut,” jawab sang pangeran. Pangeran Kidang Garungan mulai membuat sumur di lokasi yang ditunjuk oleh Putri Shinto Dewi. Dengan kesaktiannya, ia menggali sumur hanya dengan menggunakan tangan dan tanduknya. Ketika hari menjelang pagi, sumur yang sedang dibuat hampir jadi. Hal tersebut membuat Putri Shinto Dewi panik. Karena tak ingin menikah dengan pangeran berkepala kijang itu, Putri Shinto Dewi mengerahkan pengawalnya untuk menimbun tanah yang sedang digali Pangeran Kidang Garungan. Pangeran itu panik ketika tiba-tiba saja tanah mulai Iongsor dan menimbunnya. Dengan mengerahkan kesaktiannya, timbullah ledakan dan Pangeran Kidang Garungan berusaha keluar dari celah pada timbunan tanah tersebut. Ketika terlihat Pangeran Kidang Garungan sudah hampir keluar dari dalam sumur yang tertimbun tanah itu, pasukan Putri Shinto Dewi kembali menimbunnya. Ketika itu, Pangeran Kidang Garungan sempat mengucapkan sumpahnya kepada Shinto Dewi, “Kelak seluruh keturunan Putri Shinta Dewi akan mempunyai rambut gembel gimbal.” Lalu, Pangeran Kidang Garungan tewas dalam timbunan tanah. Sumur yang meledak itu lama-kelamaan menjadi sebuah kawah yang kemudian dinamakan Sikidang. Sampai sekarang di Dataran Tinggi Dieng banyak orang yang mempunyai rambut gimbal seperti kutukan Pangeran Kidang Garungan. Ratarata sekali dalam 4 tahun, kawah utama akan berpindah atau seolah-olah melompat dalam satu kawasan seperti karakter hewan kidang (Bahasa Jawa: Kijang) yang suka melompat-lompat. Promosi Bayar Rp1 Juta Bawa Pulang Mobil Toyota Baru, Begini Caranya. Kawah Sikidang ini terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Di sejumlah desa di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, banyak anak asli Dieng yang memiliki rambut gembel atau gimbal. Oleh karena itu, anak-anak tersebut biasa dipanggil sebagai anak gembel. Rambut gimbal itu terjadi ketika mereka berumur 40 hari sampai sekitar enam tahun yang diawali dengan gejala demam yang sangat tinggi dan suka mengigau saat tidur. Uniknya, rambut gimbal itu baru boleh dipotong setelah adanya permintaan dari anak itu sendiri. *** Pada suatu masa dahulu kala, di Dataran Tinggi Dieng ada seorang putri cantik jelita nan rupawan bernama Shinta Dewi. Ia tinggal di sebuah istana megah yang dikelilingi taman bunga yang indah. Kecantikan Shinta Dewi mengundang decak kagum bagi setiap pangeran yang melihatnya. Banyak pangeran yang sudah melamarnya, namun tidak ada satu orang pun yang sanggup mendapatkannya karena Shinta Dewi meminta mas kawin yang jumlahnya sangat banyak. Suatu ketika, seorang pangeran yang kaya-raya bernama Kidang Garungan bermaksud melamar Shinta Dewi. Sang Pangeran merasa bahwa dengan harta kekayaannya, ia dapat memenuhi mas kawin yang diminta oleh sang Putri. Maka, ia pun mengutus beberapa orang pengawalnya untuk menyampaikan lamarannya kepada Shinta Dewi. “Sampaikan lamaranku kepada Putri Shinta Dewi,” titah Pangeran Kidang kepada para pengawalnya. “Katakan kepadanya bahwa aku sanggup memenuhi berapa pun mas kawin yang dia minta.” “Baik, Pangeran! Perintah Pangeran segera hamba laksanakan,” jawab salah seorang utusan seraya di kediaman Shinta Dewi, para utusan Pangeran Kidang Garungan segera menyampaikan lamaran tuan mereka mereka kepada sang Putri. “Ampun, Tuan Putri! Kami adalah utusan Pangeran Kidang Garungan. Kedatangan kami ke mari adalah untuk menyampaikan lamaran beliau kepada Tuan Putri,” kata salah seorang utusan. “Hai, utusan Pangeran Kidang! Berapa banyak mas kawin yang disanggupi tuan kalian untuk melamarku?” tanya Putri Shinta Dewi. “Ampun, Tuan Putri! Pangeran kami memiliki harta kekayaan yang melimpah. Berapa pun mas kawin yang Tuan Putri minta, pangeran kami bersedia memenuhinya,” jawab utusan itu. Mendengar keterangan itu, Putri Shinta Dewi terdiam sejenak sambil membayangkan wajah Pangeran Kidang Garungan. “Dia seorang pangeran yang kaya raya. Aku yakin, pastilah ia tampan dan gagah perkasa,” pikirnya Putri Shinta Dewi akhirnya menerima lamaran Pangeran Kidang Garungan. Sementara itu, para utusan segera kembali untuk menyampaikan berita gembira tersebut kepada sang Pangeran. Alangkah senangnya hati Pangeran Kidang Garungan mendengar berita tersebut. Ia pun segera memerintahkan para pejabat istana untuk mengadakan persiapan kunjungan ke istana Putri Shinta Dewi dalam rangka membahas rencana pernikahannya. “Wahai para pejabat istana, tolong siapkan segala sesuatunya, termasuk mas kawin yang diminta oleh Putri Shinta Dewi,” perintah Pangeran Kidang Garungan. “Besok pagi-pagi sekali, kita berangkat bersama-sama menuju ke istana sang Putri.” Mendengar perintah itu, para pejabat dan seluruh isi istana tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ada yang sibuk menyiapkan mas kawin berupa emas, intan, dan berlian. Sebagian yang lain sibuk menyiapkan berbagai macam hadiah lainnya untuk sang Putri. Sementara itu, beberapa pengawal menyiapkan kuda yang akan dikendarai oleh Pangeran Kidang Garungan. Keesokan harinya, Pangeran Kidang Kidang Garungan bersama rombongannya pun berangkat ke istana Putri Shinta Dewi. Setiba di sana, mereka disambut meriah oleh sang Putri dengan aneka hiburan. Namun, ketika bertemu dengan Pangeran Kidang Garungan, sang Putri tersentak kaget karena sang Pangeran ternyata bukanlah pria tampan seperti yang ada dalam bayangannya. “Oh, Tuhan. Mampuslah aku,” ucap Putri Shinta Dewi, “Ternyata, pangeran itu bertubuh manusia tapi berkepala kidang [Kijang]!”Putri Shinta Dewi merasa amat kecewa. Namun, nasi telah menjadi bubur. Ia sudah terlanjur menerima lamaran Pangeran Kidang Garungan. Sang Putri sudah berusaha ingin menerimanya, tapi hatinya tetap menolak. Maka, ia pun berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar pernikahannya dengan pangeran berwajah kijang itu batal. Sebelum pernikahan dilaksanakan, ia memberikan satu syarat yang amat berat kepada Pangeran Kidang Garungan. “Ketahuilah, Pangeran! Kami yang tinggal di daerah ini amat kesulitan mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari. Maka itu, Dinda ingin dibuatkan sebuah sumur yang besar dan dalam. Dinda tidak mau menikah dengan Kanda sebelum sumur itu selesai,“ pinta Putri Shinta Dewi, “Tapi, pembuatan sumur itu harus dikerjakan sendiri oleh Pangeran dalam waktu sehari.” Dengan syarat yang berat itu, Putri Shinta Dewi berpikir bahwa sang Pangeran tidak mungkin bisa memenuhinya sehingga mereka pun batal menikah. Namun, di luar dugaannya, ternyata Pangeran Kidang Garungan memiliki kesaktian yang tinggi. “Baiklah, Dinda. Kanda siap memenuhi syarat itu,” kata Pangeran Kidang Garungan. Pada hari itu juga, sang Pangeran membuat sumur di sebuah tempat sepi yang telah ditunjuk oleh sang Putri. Dengan kesaktiannya, ia menggali tanah itu dengan tangannya sedikit demi sedikit. Sesekali ia menggunakan tanduknya untuk menggali tanah yang keras. Ia bekerja dengan cepat dan tanpa mengenal lelah. Ketika sumur itu hampir selesai, sang Putri pun mulai panik. “Pangeran Kidang Gurangan ternyata sakti. Bagaimana jadinya jika ia benar- benar dapat menyelesaikan sumur itu?” gumam sang Putri, “Ah, tidak. Aku tidak mau menikah dengannya. Aku tidak akan membiarkan dia menyelesaikan sumur itu.” Putri Shinta Dewi pun segera memerintahkan para pengawal dan dayang-dayangnya untuk menimbun sumur itu. Pangeran Kidang Garungan yang berada di dalamnya tidak sadar jika dirinya telah ditipu. Ia baru menyadari hal itu setelah kerukan-kerukan tanah menimpa dirinya. Ia pun berteriak agar sang Putri berhenti menimbun dirinya di dalam sumur itu. “Putri, hentikan! Hentikan...!” teriaknya. Semakin keras sang Pangeran berteriak, semakin cepat pula para pengawal dan dayang-dayang itu menimbuninya. Ketika seluruh tubuhnya telah tertimbun tanah, pangeran itu segera mengerahkankesaktiannya agar bisa keluar. Tak ayal, sumur itu meledak sehingga tanah berhamburan keluar. Ketika ia ingin keluar, sumur itu terus ditumbuni. Akhirnya, Pangeran Kidang Garungan pun tewas tertimbun tanah di dalam sumur itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia bersumpah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gembel. Sementara itu, sumur yang meledak itu lama-kelamaan menjadi kawah yang dan diberi nama Kawah Sikadang. *** Demikian LEGENDA KAWAH SIKIDANG dari Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Hingga kini, Kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas yang mengandung belerang. Sementara itu, anak berambut gembel akibat kutukan Pangeran Kidang Garungan juga masih dapat kita temukan di daerah ini. Adapun pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa Putri Shinta Dewi menerima lamaran Pangeran Kidang Garungan bagai “membeli kucing dalam karung”. Akibatnya, timbullah penyesalan dan perasaan kecewa pada diri sang Putri sehingga mengakibatkan nyawa Pangeran Kidang Garungan melayang. Jadi, sebelum menerima lamaran seseorang sebaiknya kita teliti terlebih dahulu keturunan dan silsilah si pelamar, serta mengetahui atau melihat langsung bentuk fisiknya sehingga tidak menimbulkan rasa penyesalan di kemudian hari. Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang ©
Tulisenanggo aksara jawa"Legenda kawah Sikidang" - Indonesia Barat Simbol Payung Contoh Format Buku Induk Siswa Isi Pasal Pasal Uud 1945 Sejarah Adalah Ilmu Pengetahuan Tentang Apa Itu Bracelet Ulin Bahasa Sunda Al Baqarah Ayat 179 Gambar Basofil Contoh Soal Pilihan Ganda Demokrasi Terpimpin
Legenda Dieng diceritakan secara turun temurun ke anak cucu mereka, sebagai contoh legenda asal mula terbentuknya sebuah tempat yang ada di Dieng Plateau seperti kawah, telaga ataupun tempat lain. Legenda-legenda di Dieng ini tidak dibukukan, jadi kebenarannya masih fiktif karena tidak tau siapa pengarang aslinya dan hanya diceritakan mulut ke mulut Kawah SikidangLegenda Goa JaranDongeng Telaga WarnaLegenda Telaga PengilonLegenda Kawah CandradimukaLegenda Telaga MerdadaLegenda Kawah SileriLegenda Telaga SwiwiLegenda Sumur JalatundaLegenda Gangsiran AswatamaLegenda Kawah SikidangMenurut masyarakat sekitar, Kawah Sikidang memiliki sebuah cerita legenda tentang seorang pangeran yang bergelimang harta bernama Kidang Garungan. Mekipun kaya raya, pangeran memiliki hal yang tidak biasa yaitu bertubuh manusia berkepala kijang. Itulah kenapa ia memiliki nama kidang’.Di sisi lain, hiduplah seorang dewi nan jelita bernama Shinta Dewi. Keelokan parasnya telah tersebar hingga penjuru dunia, sehingga banyak pemuda yang meminangnya. Akan tetapi, tidak satupun pinangan yang diterima sang dewi, dikarenakan tidak ada yang mampu memberikan mas kawin sebanyak kemauan Shinta Dewi. Kecantikan Shinta Dewipun terdengar oleh telinga sang pangeran Kidang mengutus salah satu pengawalnya untuk meminang Shinta Dewi. Karena diiming-imingi mas kawin yang banyak, Shinta Dewipun menerima pinangan tersebut dengan khayalan dalam benaknya pangeran pastilah memiliki rupa yang hari di mana lamaran dilaksanakan, Shinta Dewi terkejut oleh perwujudan pangeran Kidang. Ia mencari akal untuk membatalkan lamaran tersebut, dengan cara meminta pangeran untk menggali sumur sebagai sumber mata air untuk masyarakat sekitar dalam waktu satu hari. Pangeranpun menyanggupi permintaan mudah, pangeran kidang menggali tanah dengan tangan kosong dan sesekali menggunakan tanduknya. Melihat hal tersebut, Shinta Dewi menjadi panik. Ia meminta masyarakat untuk membantunya menimbun kembali sumur yang belum selesai digali pangeran itu dengan tanah. Pangeran yang sedang berada di dasar sumur akhirnya tertimbun dan terkubur hidup-hidup. Amarah sang pangeran meledak, sehingga sumur yang meledak-ledak tersebut kemudian membentuk kawah seiring dengan berjalannya Goa JaranAlkisah, pada suatu hari hujan turun dengan sangat deras. Seekor kuda jaran dalam bahasa jawa betina bernama Resi Kendaliseto tengah mencari tempat untuk berteduh. Di tengah kebingungnnya, kuda tersebut menemukan sebuah lubang besar dan memutuskan untuk berteduh dan bermalam di dalam goa tersebut. Namun, hal aneh terjadi pada sang kuda. Keesokan harinya pada saat pagi hari, kuda tersebut keluar dari goa perutnya sudah membesar atau dalam keadaan bunting. Itulah mengapa goa ini diberi nama goa jaran’.Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang percaya akan legenda tersebut. Pasangan yang belum dikaruniai keturunan dalam waktu yang cukup lama akan melakukan semedi di dalam goa tersebut. Keinginan untuk segera memiliki keturunan dipercaya bisa terkabulkan. Tetapi, bagi wanita perawan yang belum menikah mitosnya pantang untuk memasuki goa tersebut. Ditakutkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan atau bernasib sama dengan kuda Resi. Terlepas dari legenda dan mitos tersebut, Goa jaran ramai dikunjungi oleh peziarah dari luar daerah pada bulan-bulan terkait pantangan memasuki Goa Jaran, terpasang jelas di bagian depan pintu masuk. Diharapkan wisatawan yang berkunjung dapat menjaga diri untuk tidak mengindahkan larangan tersebut. Apabila diperhatikan, mulut dari Goa jaran sendiri memiliki bentuk yang tidak beraturan di antara celah bebatuan dan sempit. Mustahil bagi seekor kuda untuk masuk ke dalamnya. Meskipun belum diketahui kebenarannya, goa ini tetap memilik daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung di kawasan Telaga Telaga WarnaTerdapat dua versi yang tersebar di tengah masyarakan akan legenda Telaga Warna. Yang pertama yaitu menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat di Dieng, dahulu kala ada seorang Ratu Samudra yang memiliki putri dengan paras canttik nan rupawan. Karena kecantikannya itulah, banyak kesatria yang datang untuk berusaha mempersunting sang pada suatu waktu, datanglah dua kesatria tampan yang bermaksud meminang putri. Karena keduanya adalah seorang kesatria yang memiliki paras tampan, ratupun bingung memilih salah satu di antara mereka. Sehingga ia memutuskan untuk membuat sayembara berupa siapapun yang mampu membuat telaga dalam waktu tercepat maka akan menjadi menantunya. Sang kesatria pertama berhasil membuat Telaga Menjer dengan waktu yang lebih cepat dari sang kesatria kedua yang membuat Telaga dengan perjanjian yang telag dibuat sebelumnya, maka Ratu memilih kesatria pertama yang berhak untuk mempersunting putrinya. Beberapa hari setelah pernikahan, Ratu dan Putri berjalan-jalan mengelilingi kawasan Dieng hingga menemukan telaga yang sangat jernih, yaitu Telaga Pengilon. Karena rasa takjub dan penasaran, maka Ratupun bertanya kepada masyarakat sekitar siapa yang membuatnya. Dan ternyata, sang empunya meruakan kesatria kedua. Mendengar penuturan tersebut, Ratupun memanggil memantu sang kesatria pertama menjadi naga penunggu samudra oleh Ratu. Sedangkan kesatria kedua diangkat menjadi menantunya. Hal ini yang dipercaya mendasari air dari Telaga Menjer beriak dan bergelombang yang mencerminkan sifat kesatria pertama yaitu kasar. Dan dari Telaga Pengilon, airnya terlihat jernih, berkilau, dan tenang yang mencerminkan sifat kesatria kedua yang penuh akan suatu hari, Ratu dan Putri memutuskan untuk mandi di Telaga Pengilon. Mereka menanggalkan bajuny yang dikenakan pada sebuah pohon yang berada di tepi telaga. Secara tiba-tiba, datanglah angin kencang yang membawa terbang baju mereka hingga jatuh ke sebuah telaga di sebelah Telaga Pengilon. Sehingga, air dari elaga tersebut berubah menjadi warna warni sesuai dengan warna baju yang dikenakan ratu dan Putri. Hingga kini, cerita tersebut masih menjadi sebuah mitos yang kerap kali terdengar dan diceritakan oleh masyarakat Dieng secara kedua legenda Telaga Warna datang dari provinsi Jawa Barat. Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat yang dipimpin oleh sang Prabu dan Ratu. Sekian lama pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anak sebagai pewaris selanjutnya. Hal itu menjadikan Prabu dan Ratu sedih, hingga sang Ratu menangis sepanjang hari. Karena tidak tega, Prabu memutuskan untuk pergi ke hutan dan bertapa di sebuah goa untuk berdoa supaya ratu hamil. Tidak berselang lama, doa tersebut terkabul. Ratu akhirnya hamil dan melahirkan seorang putri dengan paras yang sangat ayu bernama Gilang sang putri menebarkan suka cita bagi rakyat. Mereka turut bahagia dan memberikan banyak sesembahan. Sang prabu dibantu penasehat kerajaan menerima dengan senang hati sebagai bentuk rasa syukurnya. Seiring berjalannya waktu, sang putri tumbuh menjadi anak yang kurang baik perangainya. Ia memiliki sikap kasar dan sombong. Hingga pada usianya yang ke 17 tahun, Prabu bermaksud memberikan hadiah kepada sang Putri sebuah kalung mutiara dengan warna pelangi saat terpancar cahaya yang dibuat olah pembuat perhiasan terbaik di niat sang Prabu untuk membahagiakan snag Putri sirna. Saat kalung tersebut diberikan, putri melemparnya karena tidak suka dan merasa kalung tersebut tidak bagus. Hal tersebut membuat Ratu kecewa akan tingkah laku Putri dan menangis. Begitu pula Prabu, dan seluruh rakyat kerajaan. Tiba-tiba dari halaman istana muncul mata air yang menyembur dari dalam tanah dan tidak berhenti hingga menenggelamkan seluruh kerajaan. Genangan tersebut yang kini menjadi Telaga Warna yang memancarkan fenomena berubah warna karena kalung mutiara yang dibuang sang dari kedua cerita tersebut, sebenarnya hanyalah cerita rakyat yang terus diceritakan. Karena pada dasarnya, Telaga Warna memiliki penjelasan ilmiah mengapa bisa memantulkan warna yang Telaga PengilonDahulu kala ada Ratu yang memiliki putri cantik. Putri cantik ini akan dipinang oleh 2 kasatria tampan. Kemudian sang ratu mengadakan sayembara untuk membuat sebuah telaga. Siapa yang cepat selesai dia yang akan menjadi menantunya. Pemuda ke 1 membuat Telaga Menjer dan pemuda ke 2 membuat telaga Pengilon. Yang menang adalah pemuda ratu dan sang putri pergi ke Dieng, tidak sengaja melihat Telaga Pengilon yang tampak jernih, berkilau, airnya tenang dan sangat damai, ternyata yang membuat telaga tersebut adalah pemuda ke 2. Kemudian sang ratu membatalkan pinangan pemuda 1 karena danau yg dibuatnya kasar dan airnya beriak. Hal itulah yang menjadi pertimbangan ratu karena dianggap menggambarkan sifat Kawah CandradimukaDalam cerita pewayangan dikisahkan salah satu pandawa lima yaitu Gatotkaca ketika masih bayi direbus di kawah yang bernama Candradimuka. Sehingga menghasilkan kekuatan yang luar biasa, sang Gatotkaca mebjadi sangat kuat yang digambarkan memiliki tulang seperti besi, otot seperti kawat, rambutnya seperti jarum dan matanya seperti Telaga MerdadaKonon Telaga Merdada terbentuk dari sebuah cangkir dengan nama cupu manik astagina yang dilemparkan oleh seorang resi yaitu Resi Gautama. Resi Gautama memiliki 3 orang anak. Suatu ketika anak Resi Gautama saling berebut cupu manik astagina, kemudian dilemparlah cupu manik tersebut melayang ke udara oleh sang resi. Akhirnya bagian cupu terpisah dan membentuk Telaga Kawah SileriKawah sileri adalah sebuah kawah di Dieng yang airnya seperti leri atau air cucian beras. Konon legendanya adalah ada seorang nenek sihir yang ingin bertapa di atas gunung dengan membawa leri di tempurung untuk menghalau orang yang akan memngganggu nenek tua tersebut. Saat di perjalanan si nenek jatuh tersandung batu dan akhirnya leri itu tumpah dan jadilah kawah Telaga SwiwiDikisahkan di cerita pewayangan saat Dewi Shinta di culik dan dibawa terbang oleh Rahwana ke kerajaan Alengka, saat di perjalanan tiba tiba ada seekor burung garuda bernama Jatayu yang Kan menolong Dewi Shinta, namun nasibnya kurang beruntung karena Jatayu berhasil dikalahkan oleh Rahmana sehingga jatuh di atas permukaan tanah yang mengakibatkan tanah tersebut membentuk lubang mirip sayap atau Sumur JalatundaDalam sebuah cerita pewayangan Sumur Jalatunda merupakan sebuah sumur yang memiliki jalan tembus ke negara di dasar bumi yaitu kerajaan Sapta Pratala tempatSang Hyang Antaboga bersemayam bersama seorang putranya Nagagini dan cucunya Raden Gangsiran AswatamaKonon terowongan atau yang disebut Gangsiran Aswatama merupakan salah satu terowongan yang pernah digunakan Aswatama ketika akan mencuri anak Parikesit yaitu cucu dari Arjuna.CeritaLegenda Kawah Sikidang, Jawa Tengah Saturday, June 22, 2019 Jawa Tengah Edit. Ada sebuah Kawah Sikidang. Dalam bahasa jawa, Kidang berarti Kijang. Masyarakat juga mempercayai bahwa penduduk di sekitar Dieng yg berambut gimbal, merupakan keturunan Putri Shinta Dewi. Referensi: